Walak-Info.com - Permasalahan kesehatan di Indonesia mungkin belum bisa terselesaikan secara total. Namun jika usaha secara terus menerus dilakukan bersama maka akan berujung hasil yang luar biasa seperti halnya yang terjadi di Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat.
Propinsi Papua dan Papua Barat menempati urutan tertinggi sebagai penyumbang kasus malaria terbanyak di Indonesia. Pada 2009 silam angka penderita malaria menunjukkan 112 per 1000 positif malaria dan sejak 2015 kasus malaria berhasil turun menjadi 2,4 per 1000 penduduk.
"Setiap orang berbicara tentang Papua pasti identik dengan malaria dan kondisi ini yang kita coba untuk mengatasinya. Setiap harinya ada 2 sampai 30 orang yang datang ke puskesmas dengan panas yang tinggi dan mereka sudah bisa menduga jika mereka terkena malaria," ujar Dr Anderas Ciokan, MM selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Teluk Bintuni, dalam Press Briefing Hari Malaria Sedunia 2016, di Kementerian Kesehatan, Rabu (20/4/2016).
Sejak tahun 2010, Kabupaten Teluk Bintuni tengah gencar melaksanakan strategi EDAT yaitu
Early Diagnosis And (Prompt) Treatment atau Diagnosis Dini dan Pengobatan yang Akurat melalui inovasi terbaru dalam mengeliminasi malaria.
"Gerakan mengeliminasi malaria kita lakukan dengan diagnosis yang tepat dan pengobatan yang tepat, karena yang kita ketahui malaria menjadi penyakit menular," ungkap Andreas.
Andreas mengaku bahwa keterbatasan tenaga medik menjadi permasalahan utama, namun bisa diatasi dengan dukungan seluruh penduduk, pihak teratas hingga masyarakat bergerak bersama memerangi kasus malaria di Teluk Bintuni.
Kerjasama pun dilakukan dengan
stakeholder setempat seperti dinas kesehatan dengan pihak swasta, dinas kesehatan Bintuni dengan LSM Yayasan Sosial, hingga dinas kesehatan lainnya yang berada di Propinsi Papua Barat.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Papua Barat Turunkan Angka Kasus Malaria dengan Strategi EDAT"
Posting Komentar